DKM Al-Hadi SMPN 1 Bogor

RAUDHAH DALAM SEJARAH


Kalau kita telaah beberapa buku tentang Umrah dan Haji, buku pintar haji serta
buku-buku tentang sejarah kota Madinah, maka diperoleh gambaran kondisi Masjid
Nabawi khususnya dan kota Madinah umumnya.
Masjid Nabawi sendiri adalah masjid kedua dibangun Nabi, masjid pertama dibangun
Nabi saw adalah Masjid Qubah yang terletak antara Makkah dan Madinah. Masjid
Qubah dibangun ketika Nabi saw menunggu Ali bin Abi Thalib yang hijrah
belakangan.
Lokasi Masjid Nabawi yang asli ditandai dengan tiang-tiang yang berbeda dengan
tiang-tiang sebagian besar Masjid Nabawi saat ini, tiang-tiang ini terkesan antik dan
berbeda dengan umumnya tiang-tiang masjid Nabawi yang ber-arsitektur modern.
Masjid Nabawi dan halamannya saat ini lebih kurang 8,2 HA dan mampu
menampung 800.000 jamaah, total luas masjid saat ini diyakini merupakan luas kota
Madinah dimasa Nabi saw.
Shalat di Masjid Nabawi memperoleh pahala 1.000 kali dibandingkan masjid lain,
kecuali Masjidil Haram dengan pahala 100.000 kali. Sehingga jamaah haji umumnya
melakukan program Arba’in yakni shalat 40 kali di Masjid Nabawi (shalat 5 waktu
selama 8 hari), jika kita ambil hikmahnya maka Arba’in sebetulnya mendidik jamaah
haji untuk selalu melakukan shalat 5 waktu dimasjid secara berjamaah. Jika kita
bekerja disiang hari, maka harus disempatkan untuk shalat Subuh dan Isya di
masjid.
Barangsiapa melaksanakan shalat Isya’ dengan berjamaah, maka laksana ia
beribadah setengah malam, dan barangsiapa melaksanakan shalat Isya’ dan Fajar
dengan berjamaah, maka laksana ia beribadah semalam suntuk (HR Muslim).
Seberat-berat shalat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya’ dan Fajar.
Seandainya mereka mengetahui pahala keduanya maka mereka akan
mendatanginya walaupun harus merangkak (HR Mutafaq ’alaih)
Kamar Nabi saw dengan istrinya Siti Aisyah terletak disamping Masjid, sehingga
ketika Nabi saw I’tikaf (bermalam dimasjid) beliau cukup menjulurkan kepalanya
dipintu kamar untuk disisirkan rambutnya oleh Siti Aisyah. Lokasi antara kamar dan
mimbar inilah yang dikenal dengan Raudhah atau Raudhatul Jannah (Taman Syurga)
dengan luas (22 x 15) m2, dimana berdo’a disini akan dikabulkan oleh Allah swt.
Ketika Nabi saw meninggal, beliau dikuburkan didalam kamarnya dan Siti Aisyah
tetap tinggal dikamar yang sama, kemudian ketika Abu Bakar ra mendekati ajal
beliau minta izin kepada Siti Aisyah agar dapat dikuburkan disamping sahabat yang
paling dicintainya dan Aisyah mengizinkannya. Seperti diketahui Abu Bakar adalah
ayah dari Siti Aisyah. Kemudian ketika Umar bin Khaththab mendekati ajal beliau
juga minta izin Siti Aisyah untuk dikuburkan disamping sahabatnya, padahal Siti
Aisyah sudah berencana untuk dikuburkan disamping suami dan ayah yang sangat
dicintainya tetapi karena rasa hormatnya kepada Umar bin Khaththab maka Siti
Aisyah juga mengizinkannya. Setelah Umar bin Khaththab dikubur disamping Nabi
saw, maka Aisyah tidak pernah membuka aurat dikamarnya karena telah ada orang
asing bukan mahramnya yang telah dikubur dikamarnya. Begitulah mulianya Siti
Aisyah, meskipun laki-laki yang bukan mahramnya telah meninggal tetap saja Siti
Aisyah tidak mau menampakkan auratnya didepan kuburan Umar bin Khaththab.
Posisi kuburan ketiga orang yang sangat dimuliakan oleh umat Islam itu seperti
posisi shalat antara Imam dan Ma’mum, artinya Abu Bakar menjadi ma’mum-nya
Nabi saw, kemudian Umar bin Khaththab menjadi ma’mum-nya Abu Bakar.
Kuburan pada awalnya berlokasi diluar masjid, tetapi ketika ada usaha pencurian
terhadap kuburan Nabi saw maka dimasukkan kedalam masjid. Seorang munafik
bertempat tinggal disekitar Masjid Nabawi, setiap hari dia menziarahi makam Baqi’
(makam para syuhada Uhud) yang tidak jauh dari Masjid Nabawi. Suatu malam Wali
(Gubernur) Madinah bermimpi bahwa seseorang berniat jahat untuk membongkar
kuburan Nabi saw, kemudian diselidiki siapakah pelakunya. Akhirnya ditemukan
rumah orang munafik dengan terowongan yang telah digali dan mengarah
kekuburan Nabi saw, ternyata sang munafik melakukan ziarah kekuburan Baqi’
bukan untuk menghormati syuhada Uhud tetapi untuk membuang tanah galian dari
terowongan. Sang munafik akhirnya dihukum mati atas kejahatannya.
Untuk mengamankan dari pencurian, maka kuburan Nabi saw, Abu Bakar dan Umar
bin Khaththab dicor sekelilingnya dengan timah dan kuburan dimasukkan kedalam
masjid. Jika kita mengunjungi Masjid Nabawi saat ini, dibelakang mimbar ada jalan
untuk memberi kesempatan penziarah mengunjungi kuburan Nabi saw dan tidak
dibolehkan shalat diarea ini karena didepan Imam. Posisi kuburan ditandai dengan
kubah hijau diatasnya.
Seperti telah digambarkan sebelumnya bahwa Raudhah atau Raudhatul Jannah
adalah lokasi antara kamar Nabi saw dengan mimbar, lokasi ini area yang mustajab
untuk berdo’a kepada Allah swt, disamping lokasi lain seperti didepan Multazam
(pintu Ka’bah), saat wuquf di Arafah, dll. Area Raudhah ditandai dengan permadani
kombinasi putih dan abu-abu, ini sangat kontras dengan permadani umumnya di
Masjid Nabawi yang berwarna merah.
Area Raudhah seluas (22 x 15) m2 sangat terbatas menampung jamaah, untuk itu
aparat (asykar syari’ah) mengatur sirkulasi jamaah di Raudhah, bagi yang sudah
shalat sunnah dan berdo’a disuruh keluar dan secara berkala pintu masuk Raudhah
dibuka bagi jamaah yang antri diluar. Waktu yang paling memungkinkan untuk
masuk Raudhah adalah saat dibuka jam 2.30 atau pada saat jatah wanita berakhir
jam 10.00 (jamah wanita diberi kesempatan di Raudhah jam 8.00-10.00). Biasanya
jama’ah sudah antri dan ketika pintu dibuka para jama’ah lari sprint 50 m untuk
mendapatkan tempat yang strategis (tidak terganggu dan berdesakan).
Dibutuhkan kesabaran yang tinggi di Raudhah, karena sudah biasa ketika shalat
jamaah lain berdiri didepan kita sehingga tidak bisa ruku’ dan sujud. Duduk
berdempetan, tetapi masih ada saja jamaah lain memaksakan diri untuk minta
duduk. Kepala/bahu dilangkahi atau tertendang, tangan terinjak dan perlu hati-hati
disaat sujud karena sangat berbahaya ketika lehernya terinjak jamaah lain. Cara
paling aman adalah bersama teman, shalat bergantian dan saling menjaga (dengan
menjulurkan tangan) ketika sedang shalat. Kadang-kadang kita saksikan antar
Masjid Nabawi dengan kubah hijau diatasnya, dimana
persis dibawah kubah adalah kuburan Nabi saw
(sumber: photo pribadi haji 2005)
jamaah saling melotot dan emosi, disinilah kesabaran kita diuji, tidak selayaknya
berantem disaat beribadah ditempat yang sangat mulia ini.
Tempat mulia seperti Raudhah ini salah satu saja dari sekian banyak tempat mulia
ditanah suci semisal Masjidil Haram dengan Ka’bah, multazam, hijir isma’il, saat
wuquf di Arafah, dll, sayang sekali ketika kesempatan, keuangan dan kesehatan ada
tetapi tidak dimanfaatkan. Lakukanlah ibadah haji sesegera mungkin, jangan tunda
jika sudah tua karena tidak ada yang menjamin kita hidup hingga tua, jangan tunda
jika mental sudah siap karena tidak ada yang menjamin kita selalu sehat. Ibadah
haji merupakan kesempatan seluas-luasnya untuk bertaubat kepada Allah swt atas
dosa-dosa yang kita perbuat, sehingga sepulang haji (jika mabrur) maka ia bagaikan
seorang bayi yang baru lahir.
Wallahua’lam
0 Responses to " "

Posting Komentar